Dalam Bait Do'a
Dalam Bait Do'a
Jika
ditanya Pernahkah saya berfikir untuk
berada di posisi seperti ini ? Tentu saya akan jawab, “Tidak” , Kenapa ? Karena sebelumnya
angan saya tidak pernah menyentuh kisah ini. Terjerumus di kehidupan
orang-orang sibuk berprestasi,orang –orang yang sibuk memperbaiki diri.
Orang
yang kadar keberanian hanya sebatas
titik hitam di atas kertas putih.Yang suka memilih duduk di paling belakang,
malas untuk berpendapat, apatis terhadap perubahan,selalu tersendat akan
keuangan, menjadi hal yang sangat mendukung untuk tidak berada di posisi
seperti sekarang.
Tapi
Tuhan memilihkan jalan yang terbaik untuk hidup ini. “Alhamdulillah”, kalimat
yang selalu terucap di detik-detik menjelang terlelap dimalam hari.Sebagai
bentuk rasa syukur yang tak ternilai atas nikmat yang telah Tuhan kasih.
Terkadang
Saya sempat tersenyum dikala sendiri,
akan jalan yang Tuhan beri. Di dalam bait bait doa pernah terselip satu baris permohonan “ Tuhan kapan
saya bisa bermanfaat”. Di selang rintikan hujan, doa itu selalu terekam di
memori. Memandangi hujan turun dari
jendela kamar, menambah kesan tersendiri
untuk berimajinasi lebih.
Dan
sekarang Tuhan mengabulkan itu satu persatu. Bermula dari menginjakkan kaki di
Universitas Islam Raden Intan yang diantarkan seorang pria yang amat sangat
saya sayangi hingga sekarang dan sampai kapan pun. Sugeng Pribadi namanya
karena mimpi besar beliau Saya bisa berada di sini, dan hingga sampai saat ini
saya terkadang meneteskan butiran keringat mata ketika mengiang perjuangan nya.
Pada saat saya masuk,kampus ini masih
menyandang nama Institut. Banyak orang memandang nya sebelah mata “ Apa yang dibanggakan
dengan kuliah disana” Celotehan kecil
terdengar sangat menyakitkan. Yang sempat membuat naluri memberontak. Tapi
kembali lagi ,perjuangan pria itu yang
membuat saya bertahan.
Sempat berfikir keras untuk menepis itu semua,
“Tindakan apa yang harus Saya ambil” pertanyaan ini selalu terucap dalam hati
bak dzikir pagi dan petang. Keputusan yang mantab datang, entah ilham dari mana
yang meracuni pikiran saya dan akhirnya memutuskan untukmengmbil beberapa organisasi di kampus.
Titik
kejayaannya mulai terlihat pada 5 bulan setelah menikmati kehidupan kampus. Mulai
dari hari itu satu persatu panggilan dadakan untuk rapat, dan event- event
menarik datang bertubi-tubi. Bak pejabat tinggi yang menduduki kursi kekuasaan,
dimana mana minta didatangi satu persatu.
Orang
tua sempat geleng-geleng ketika sesi menjenguk hanya berkisaran 12 jam saja
tiap minggu nya karena rapat dan agenda kampus. “Anakmu sudah menjadi orang
sibuk buk pak”. Dalam hati meringis mengucapkan itu ketika pertanyaan “ Kenapa
balik lagi kekampus,Apa yang di kerjakan di kampus ? Istirahat dulu di rumah ”
terlontar begitu saja dari mulut manis Ibu Bapak.
Satu
organisasi kegiatannya bisa beranak pinak, berbagai dunia menuntut untuk dicicipi
.Dan dari situ lah saya mulai bersemangat untuk menggali potensi yang telah
lama mengendap tak tersentuh.
Sambil
menikmati kehidupan kampus,waktu telah mempertemukan saya dengan dunia
literasi. Bermula dari penugasan menulis majalah dinding kampus dan buletin. Pada
saat itusaya mulai tertarik untuk menyelaminya.
Awalnya
sering membuat tulisan di diary sebelum tidur, celotehan kecil bersarang di
“secret book” di temani dengan raungan jangkrik dan terpaan angin malam, kini
sedikit demi sedikit karya itu bermunculan. Ada beberapa yang telah saya
tuliskan kedalam blog pribadi dan adapula yang masih tenang bersarang di local
disk.
Tidak
mudah untuk tetap berada disini. Semuanya meminta untuk diprioritaskan. Kisah
almamater ini juga tidak lah mulus. Lalu bagaimana saya bertahan ? Lagi-lagi waktu yang menjawab. Tuhan telah
mempertemukan saya dengan orang-orang yang hebat disini.Yang selalu menasehati
di sela canda nya. Yang selalu menghibur dengan senyumannya. Yang selalu
memberi solusi di setiap ucapannya. Tuhan memberikan jalan yang belum sempat
terfikir akan seindah ini.
Mereka
memang tidak sempurna, terkadang juga sering bikin capek hati. Pertengkaran
kecil pun berdatangan silih berganti. Tapi kekurangan itu yang telah
menambahkan bumbu romantis dalam cerita ini. Kisah ini yang membuat saya
dewasa, untuk berfikir panjang sebelum bertindak.
Takdir
ini tentu jawaban Tuhan dari pertanyaan
pertanyaan yang dulu terselip dalam doa. Dan hingga sekarang perjuangan belum
putus sampai di sini. Tuhan terus mencambuk untuk terus bersemangat untuk cita-cita
itu. Capek,Sakit,Kesel hati mengikuti terus jalan ini. “ Kemarin kau Minta Aku
untuk mengabulkan dan Sekarang tak Ku biarkan kau hanya diam” dengan keadaan ini seolah-olah Tuhan berkata
seperti itu .
Kuliah
Sip, Organisasi Oke, Menulis Jalan..... InsyaaAllah.....
Dan sekarang bila ada yang bertanya “ Apa yang di
banggakan kulih disini” dengan
santai,Saya menjawab“Saya bangga kuliah di sini karena telah mempertemukan
sebuah Doa dengan Jalan yang terindah.”
SEKIAN
BIODATA
PENULIS
Nama : Nadiyah
Agustin Wulandari
Jurusan :
Pendidikan Fisika
Fakultas :
Tarbiyah dan Keguruan
Angkatan : 2015
Asal UKM-F :
IBROH
Nomor Telpon :
0895360606238
Catatan
kecil : Terimakasih banyak yang sudah bersedia untuk membaca cerita ini. Di
harapkan dengan sangat masukannya, demi keindahan karya-karya saya
selanjutnya.....
EmoticonEmoticon